Laporan Analisis Skalogram
LAPORAN SEMENTARA ANALISIS SKALOGRAM
PRATIKUM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN WILAYAH PERTANIAN
A. Acara Ke :
5 (Lima)
B. Hari, Tanggal :
Selasa, 22 Mei 2018
C. MATERI : Analisis Skalogram dan Indeks
Primacy
D. TUJUAN
:
1. Analisis Skalogram :Untuk mengidentifikasi pusat pertumbuhan wilayah berdasarkan
fasilitas yang dimilikinya, dengan
demikian dapat ditentukan hierarki pusat-pusat pertumbuhan dan aktivitas pelayanan suatu
wilayah
E.
TINJAUAN TEORITIS
Analisis skalogram merupakan
salah satu alat untuk mengidentifikasi
pusat pertumbuhan wilayah berdasarkan fasilitas yang dimilikinya,
dengan demikian dapat ditentukan
hierarki pusat-pusat pertumbuhan dan
aktivitas pelayanan suatu wilayah. Asumsi yang dipakai adalah bahwa wilayah
yang memiliki ranking tertinggi adalah lokasi yang dapat ditetapkan menjadi
pusat pertumbuhan (Amas Yamin, dkk dalam Pardede, 2008). Dalam analisis
skalogram ini subjek diganti dengan pusat permukiman (settlement). Sedangkan objek diganti dengan fungsi atau kegiatan.
Wilayah dengan fasilitas
yang lebih lengkap merupakan pusat
pelayanan, sedangkan wilayah dengan fasilitas yang kurang akan menjadi daerah
belakang (hinterland). Louis Guttman
(1950) salah satu skala satu dimensi menggambarkan respon subyek terhadap obyek tertentu menurut tingkatan
yang sempurna, orang yang mampu menjawab semua pertanyaan dengan baik akan
lebih baik dibandingkan dengan yang mampu menjawab sebagian saja.
Analisis Skalogram digunakan untuk menganalisis pusat-pusat
pemukiman, khususnya hierarkiatau orde pusat-pusat pemukiman. Subjek dalam
analisis ini merupakan pusat pemukiman (settlement),
sedangkan obyek diganti dengan fungsi atau kegiatan. Teknik ini dilakukan untuk
memberikan gambaran adanya pengelompokkan pemukiman sebagai pusat pelayanan
dengan mendasarkan pada kelengkapan fungsi pelayanannya. Fasilitas yang
digunakan pada penilaian ini adalah fasilitas yang mencirikan fungsi pelayanan
sosial dan ekonomi. Skalogram diperoleh dengan cara membuat suatu tabel yang
mengurutkan keberadaan fasilitas suatu wilayah yang diidentifikasi sebagai
pusat pelayanan. Prosedur pengerjaan metode Skalogram Guttman adalah sebagai
berikut (Pardede, 2008):
a. Membuat urutan fasilitas
yang ditemukan berdasarkan frekuensi yang ditemukan, pada bagian atas.
b. Membuat garis baris dan
kolom sehingga lembar kerja tersebut membentuk matriks yang menampilkan
fasilitas yang ada pada masing-masing pusat pelayanan atau kota.
c. Menggunakan tanda (1) pada
sel yang menyatakan keberadaan suatu fasilitas, dan tanda (0) pada sel yang
menyatakan ketiadaan suatu fasilitas.
d. Menyusun ulang baris dan
kolom berdasarkan frekuensi keberadaan fasilitas, semakin banyak fasilitas yang
didapati pada suatu pemukiman maka pemukiman tersebut berada pada urutan atas.
e. Mengidentifikasi peringkat
atau hirarki pemukiman yang dapat diinterpretasikan berdasarkan prosentase
keberadaan fasilitas pada suatu pemukiman. Semakin tinggi prosentasenya, maka
hierarki pemukiman tersebut akan semakin tinggi.
Nilai atau tingkat kelayakan
nilai pada analisis ini yaitu 0,9 - 1. Hierarki Nilai COR yang ideal antara 0,9
– 1. Tingkat kesalahan ini dapat dihitung dengan rumus:
Dimana
COR : Coefficient
of Reproducibility (koefisien reliabilitas)
Total jenis fasilitas : jumlah seluruh
fasilitas dalam tangga hierarki pusat pelayanan
Jumlah kesalahan : penyimpangan jumlah luar atau dalam tangga
Selain melihat hirarki
berdasarkan analisis skalogram ini, kecenderungan perkembangan pusat-pusat
permukiman juga diperkirakan berdasarkan fungsi yang telah ditetapkan dalam
RTRW Kabupaten/ kota. Hal ini dikarenakan RTRW suatu daerah telah menentukan
pola dan struktur ruang yaitu menentukan fungsi kawasan sesuai dengan kondisi
dan peruntukannya, yang akan mempengaruhi perkembangan ruang di dalamnya.
F.
DATA YANG DIGUNAKAN
Data
yang digunakan adalah data fasilitas 9 Kabupaten di provinsi Bengkulu pada
tahun 2012 sampai 2016. Data ini berasal dari data sekunder yang didapatkan dari
website BPS Provinsi Bengkulu.
G.
METODOLOGI
1. Analisis
Skalogram
COR = 1- JUMLAH KESALAHAN
TOTAL JENIS FASILITAS
Dimana :
- COR : Coefficient of Reproducibility (koefisien reliabilitas)
- Total jenis fasilitas : jumlah seluruh fasilitas dalam tangga hierarki pusat pela yanan
- Jumlah kesalahan : penyimpangan jumlah luar atau dalam tanggal
- Kriteria: Ketentuan apabila COR > 90%/0,9 menunjukkan bahwa hasil analisis skalogram tersebut sudah dianggap layak
H. HASIL (terlampir)
Berdasarkan ketersediaan fasilitas di
data, dapat dilihat bahwa fasilitas yang ada hampir tersedia di seluuh
kabupaten yang ada di Provinsi Bengkulu. Berdasarkan perhitungan, hasil
analisis skalogram di atas yaitu COR =
1-(13/198) = 0,93 atau 93 %. Karena COR > 90 %
menunjukkan bahwa hasil analisis skalogram tersebut sudah dianggap layak.
Nilai COR menandakan besaran nilai
reproduksibilitas, yaitu untuk penentuan pusat pelayanan Provinsi Bengkulu
memiliki nilai reproduksibilitas sebesar 92%. Maksudnya adalah tingkat
kebenaran dan keakurasian hasil adalah 92%, dimana 8% terjadi missing.
Jika dilakukan analisis berdasarkan tiga
aspek yaitu aspek sosial, ekonomi dan politik didapat hasil sebagai berikut :
pada aspek sosial didapatkan hasil COR yaitu 0,93 atau 93%. Ketentuan
apabila 0,93 > 90%/0,9 menunjukkan bahwa hasil analisis skalogram tersebut
dianggap layak. Artinya Provinsi Bengkulu sudah bisa menjadi pusat pertumbuhan
bagi aspek sosial karena fasilitas atau pelayanan sosial yang cukup memadai sehingga cocok dengan provinsi
Bengkulu. Nilai Hirarki menyatakan pusat pelayanan
sosial berada di Kabupaten Kepahiang, Kota Bengkulu, Rejang Lebong dan Kaur.
Pada aspek ekonomi
didapatkan hasil COR yaitu 1 atau 100%. Ketentuan apabila 1
> 90%/0,9 menunjukkan bahwa hasil analisis skalogram tersebut dianggap
layak. Artinya provinsi Bengkulu bisa menjadi pusat pertumbuhan bagi aspek
ekonomi karena fasilitas atau pelayanan ekonomi yang cukup memadai sehingga
cocok dengan provinsi Bengkulu. Nilai
Hirarki menyatakan pusat
pelayanan ekonomi berada di Kota Bengkulu.
Sedangkan pada aspek politik didapatkan
hasil COR yaitu 0,97 atau 97%. Ketentuan apabila 0,97 > 90%/0,9 menunjukkan
bahwa hasil analisis skalogram tersebut dianggap layak. Artinya Provinsi
Bengkulu menjadi pusat pertumbuhan bagi aspek politik karena fasilitas atau
pelayanan politik yang cukup memadai sehingga cocok dengan Provinsi Bengkulu. Nilai Hirarki menyatakan pusat pelayanan ekonomi berada di seluruh
kabupaten yang ada di Provinsi Bengkulu Kecuali Kabupaten Lebong dan Muko-Muko.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayati, S., R.
2015. Peran Kota Kecil Dalam Perkembangan
Wilayah Pada KoridorJalan Regional Semarang-Yogjakarta. Jurnal pembangunan Wilayah dan kota, Vol.
11 No. 4 Hal 498 – 507 Tarigan,
Robinson. 2004. Perencanaan Pembangunan
Wilayah. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Tjiptoherijanto,
P. 1999. Urbanisasi dan pengembangan kota
di Indonesia. Jurnal
Populasi, Vol. 10 No. 2 Hal 57- 72.
Populasi, Vol. 10 No. 2 Hal 57- 72.
Comments
Post a Comment