LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN
SEL DARAH MERAH MANUSIA DAN KATAK
LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam
hidupnya, organisme dari tubuh memerlukan makanan dan oksigen untuk
melangsungkan
metabolisme. Proses metabolisme, selain menghasilkan zat-zat yang
berguna, juga menghasilkan
sampah (zat sisa) yang harus dikeluarkan dari tubuh.
Bahan-bahan yang diperlukan tubuh seperti
makanan dan oksigen serta hasil
metabolisme dan sisa-sisanya, diangkut dan diedarkan di dalam
tubuh melalui
system peredaran darah. Hasil pencernaan makanan dan oksigen diangkut dan
diedarkan oleh darah ke seluruh jaringan tubuh. Sebaliknya, sisa-sisa
metabolisme diangkut oleh
darah dari seluruh jaringan tubuh menuju organ-organ
pembuangan.
Di dalam tubuh terdapat kurang
lebih lima liter darah yang mengalir tiada henti. Darah adalah sungai
kehidupan
dalam tubuh kita. Darah adalah suatu fluida (yang dinamakan plasma)
tempat beberapa
bahan terlarut dan tempat eritrosit, leukosit dan beberapa
bahan lain yang tersuspensi. Sistem
peredaran darah terdiri dari jantung(yang
merupakan pusat pemompaan darah), arteri (pembuluh darah
dari jantung), kapiler
(yang menghubungkan arteri dengan vena) dan vena (pembuluh darah yang
menuju
jantung) (Neelam dkk., 2012).
Darah manusia yaitu cairan jaringan
tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang
diperlukan oleh sel-sel
diseluruh tubuh. Darah juga menyuplai seluruh jaringan tubuh dengan nutrisi,
mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun
sistem imun yang
bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit.
Hormon-hormon dan sistem endokrin juga
diedarkan melalui darah.
Darah manusia berwarna merah, antara
merah terang apabila kaya oksigen sampai merah gelap atau
tua apabila
kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein
pernapasan (respirasi protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang
merupakan tempat
terikatnya molekul-molekul oksigen (Paulsen, 2000).
Untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih jauh mengenai sel darah,
tentunya tidak cukup hanya
dengan teori saja, diperlukan juga kegiatan
praktikum yang akan menunjang pengetahuan mahasiswa
dimana
mahasiswa selaku praktikan dapat melihat sendiri bagaimana struktur dari sel darah
merah.
1.2 Tujuan
Praktikum
Adapun
tujuan dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
melihat struktur sel darah merah
katak dan manusia
2. Mengetahui
kerapuhan sel darah merah manusia pada konsentrasi yangberbeda-beda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Darah
adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang berfungsi
mengirimkan zat zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut
bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap
virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan
kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani “haima” yang berarti
darah (Evelyn, 1989). Pada serangga,
darah (atau lebih dikenal sebagai hemo limfe) tidak terlibat dalam peredaran
oksigen. Oksigen pada serangga diedarkan melalui sistem trakea berupa
saluran-saluran yang menyalurkan udara secara langsung ke jaringan tubuh. Darah
serangga mengangkut zat ke jaringan tubuh dan menyingkirkan bahan sisa
metabolisme.
Pada
hewan lain, fungsi utama darah ialah mengangkut oksigen dari paru-paru atau
insang ke jaringan tubuh. Dalam darah terkandung hemoglobin yang berfungsi
sebagai pengikat oksigen. Pada sebagian hewan tak bertulang belakang atau
invertebrata yang berukuran kecil, oksigen langsung meresap kedalam plasma
darah karena protein pembawa oksigennya terlarut secara bebas. Hemoglobin
merupakan protein pengangkutoksigen paling efektif dan terdapat pada
hewan-hewan bertulang belakang atau vertebrata. Hemosianin, yang berwarna biru,
mengandung tembaga, dan digunakan oleh hewan kelompok udang-udangan dan
moluska. Selain itu, cumi-cumi mungkin menggunakan “vanabin” (protein yang
mengandung vanadium) untuk pigmen pernapasan (Ginanjar, 2011).
Darah kita mengandung beberapa jenis
sel yang terangkut di dalam cairan yang disebut plasma darah. Plasma darah
tersusun atas 90% air yang mengandung sari makanan, protein, hormon, dan
endapan kotoran selain sel-sel darah. Ada tiga jenis sel darah, yaitu sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).
Sel darah merah dan sel darah putih disebut juga korpuskel (Joshua, 2008).
Sel darah merah, eritrosit (Inggris:
red blood cell (RBC), erythrocyte) adalah jenis sel darah yang paling banyak
dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam
hewan bertulang belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah
biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari
paru-paru dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati
pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna
hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah
dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam
sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama
120 hari sebelum akhirnya dihancurkan (Stella, 2012).
Eritrosit secara umum terdiri dari
hemoglobin, sebuah metalloprotein kompleks yang mengandung gugus heme, dimana
dalam golongan heme tersebut, atom besi akan tersambung secara temporer dengan
molekul oksigen (O2) di paru-paru dan insang, dan kemudian molekul
oksigen ini akan dilepas ke seluruh tubuh. Oksigen dapat secara mudah berdifusi
lewat membran sel darah merah. Hemoglobin di eritrosit juga membawa beberapa
produk buangan seperti CO2 dari jaringan-jaringan di seluruh tubuh.
Hampir keseluruhan molekul CO2 tersebut dibawa dalam bentuk
bikarbonat dalam plasma darah. Myoglobin, sebuah senyawa yang terkait dengan
hemoglobin, berperan sebagai pembawa oksigen di jaringan otot (Leeson, 1990)
Warna dari eritrosit berasal dari
gugus heme yang terdapat pada hemoglobin. Sedangkan cairan plasma darah sendiri
berwarna kuning kecoklatan, tetapi eritrosit akan berubah warna tergantung pada
kondisi hemoglobin. Ketika terikat pada oksigen, eritrosit akan berwarna merah
terang dan ketika oksigen dilepas maka warna erirosit akan berwarna lebih
gelap, dan akan menimbulkan warna kebiru-biruan pada pembuluh darah dan kulit.
Metode tekanan oksimetri mendapat keuntungan dari perubahan warna ini dengan
mengukur kejenuhan oksigen pada darah arterial dengan memakai teknik kolorimetri
(Joshua, 2008).
Tiap-tiap sel darah merah mengandung
200 juta molekul hemoglobin. Hemoglobin (Hb) merupakan suatu protein yang
mengandung senyawa besi hemin. Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti
cakram dengan garis tengah 7,5uM dan tidak berinti. Warna eritrosit
kekuning-kuningan dan dapat berwarna merah karena dalam sitoplasmanya terdapat
pigmen warna merah berupa hemoglobin. Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120
hari atau 4 bulan, kemudian dirombak di dalam hati dan limpa. Sebagian hemoglobin
diubah menjadi bilirubin dan biliverdin, yaitu pigmen biru yang memberi warna
empedu. Zat besi hasil penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa,
selanjutnya digunakan untuk membentuk eritrosit baru. Kira-kira setiap hari ada
200.000 eritrosit yang dibentuk dan dirombak. Jumlah ini kurang dari 1% dari
jumlah eritrosit secara keseluruhan (Sentra, 2012).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Waktu
dan tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Senin,
3 September 2018 pada
pukul 13.30 WIB sampai dengan selesai
di Laboratorium Fisiologi Hewan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Bengkulu.
3.2
Alat
dan Bahan
Alat dan bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Alat
Alat yang digunakan yaitu hemasitometer,
pipet pengencer, mikroskop, sphygnomanometer, stetoskop, tabung hematokrit,
haemoglobinometer/ tabung
sahli, counter, spektronik 20 dan lancet device/jarum frank.
b. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu larutan
fisiologik berupa NaCl 0,9 %, Locke, Ringer dan Tryode, dengan komposisi
sebagai berikut :
Komposisi
|
0,9 NaCl
|
Ringer
|
Locke
|
Tryode
|
Air
|
100
|
100
|
100
|
100
|
NaCl
|
0.90
|
0.65
|
0.90
|
0.80
|
KCL
|
|
0.0014
|
0.042
|
0.02
|
CaCl2
|
|
0.012
|
0.024
|
0.02
|
NaHCO3
|
|
0.02
|
0.10-0.03
|
0.01
|
NaHPO4
|
|
0.001
|
-
|
0.005
|
MgCl2
|
|
-
|
-
|
0.01
|
Glukosa
|
|
0.2
|
0.10-0.25
|
0.10
|
3.3
Prosedur
kerja
a.
Melihat
bentuk sel darah katak
1. Bagian kaki depan
katak ditusuk dengan
menggunakan lancet device/jarum frank yang kulitnya
tipis
2. Satu tetes darah katak diambil dan diletakkan pada kaca
objek
3. Kemudian ditambahkan beberapa tetes
larutan fisiologi.
4. Ditutup dengan kaca penutup
5. Preparat diamati dibawah
mikroskop.
b. Bentuk
sel darah manusia
1. Sebelum darah diambil, jari manis dibersihkan
terlebih dahulu dengan menggunakan alkohol.
2. Jari
manis yang sudah dibersihkan kemudian ditusuk dengan lancet devie/jarum frank
sehingga
mengeluarkan darah.
3. Beberapa tetes larutan fisiologis pada kaca
objek yang telah ditetesi darah manusia ditambahkan.
4. Ditutup dengan kaca penutup.
5. Sel darah manusia
dibandingkan dengan bentuk sel darah katak
c.
Kerapuhan sel darah merah
1.
Larutan NaCl disediakan dengan konsentrasi 0.1,
0.3, 0.6, 0,9. 1.2, dan 1.5%
2. Setetes darah ditetesi pada kaca objek
3. Ditambahkan beberapa larutan NaCl
0,1 %
4. Diamati dibawah mikroskop
5. Percobaaan yang sama diulangi dengan konsentrasi berbeda.
6.
Bentuk sel yang
terjadi diamati dan dibuat grafik
d. Prosedur menghitung
1. Jari manis dibersihkan dengan menggunakan alkohol\
2. Jari manis ditusuk dengan
jarum Frank sehingga mengeluarkan darah. Untuk tetes darah pertama dibuang.
3. Tetes darah berikutnya dihisap dengan menggunakan haemositometer sampai menunjukkan angka
0.1 atau 0.5
4. Larutan pengencer dihisap sampai angka 101, kocok suspensi sampai homogen
5. Kamar hitung dan gelas
penutup ditutup
6. Kemudian gelas penutup dipasangkan di atas
kamar hitungan sedemikian rupa agar
apabila dibalik gelas penutup tidak terjatuh
7. Suspensi
darah diteteskan pada
bagian pinggir gelas penutup, setelah tetesan pertama dibuang
8. Jumlah sel darah merah dalam
kotak menengah dihitung. Selanjutnya sel darah
merah dihitung dengan
menggunkan rumus
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.2 Hasil Pengamtan Kerapuhan Sel Darah Merah
Tabel 3. Data
No
|
Nama
|
Umur
|
Berat badan
|
Tinggi badan
|
Jenis kelamin
|
Suku
|
Sarapan/ tidak
sarapan
|
Begadang/ tidak
bergadang
|
Gol darah
|
1
|
Vivia
|
19
|
55
|
159
|
P
|
Melayu
|
Sarapan
|
bergadang
|
B
|
2
|
Aji
|
21
|
64
|
176
|
L
|
Serawai
|
Sarapan
|
bergadang
|
O
|
3
|
Noura
|
20
|
48
|
158
|
P
|
Minang
|
tidak
|
bergadang
|
O
|
4
|
Deby
|
20
|
58
|
169
|
L
|
Jawa
|
tidak
|
bergadang
|
B
|
5
|
Iin
|
20
|
37
|
145
|
P
|
Jawa
|
tidak
|
bergadang
|
A
|
6
|
Abe
|
20
|
65
|
166
|
L
|
Rejang
|
tidak
|
bergadang
|
A
|
7
|
Berliani
|
19
|
52
|
150
|
P
|
Sunda
|
Susu
|
bergadang
|
A
|
8
|
Maria
|
21
|
52
|
160
|
P
|
Batak
|
Tidak
|
tidak
|
B
|
9
|
Malini
|
21
|
62
|
155
|
P
|
Batak
|
Tidak
|
bergadang
|
B
|
10
|
Alian
|
22
|
108
|
173
|
L
|
Lembak
|
Sarapan
|
bergadang
|
A
|
11
|
Bagus
|
20
|
62
|
170
|
L
|
Sunda
|
sarapan
|
bergadang
|
A
|
12
|
Rajali
|
22
|
54
|
164
|
L
|
Batak
|
Sarapan
|
tidak
|
O
|
13
|
Fitri
|
19
|
47
|
150
|
P
|
Rejang
|
Sarapan
|
begadang
|
O
|
14
|
Yeli
|
20
|
43
|
149
|
P
|
Pasma
|
Sarapan
|
begadang
|
A
|
4.2 Pembahasan
Pada praktikum darah kali ini, kelompok kami mengadakan
pengamatan tentang darah. Praktikum ini menggunakan alat dan bahan yang
mendukung pengamatan. Alat dan bahan tersebut memiliki fungsinya masing-masing.
Alat yang digunakan diantaranya lancet yang digunakan untuk menusuk jari tangan
dan hewan uji yang akan diambil darahnya. Alat bedah untuk pembedahan katak,
dan pipet kapiler untuk menampung darah yang akan diamati proses pembekuannya.
Bahan yang digunakan adalah larutan NaCl sebagai larutan uji pada konsentrasi
sel darah, larutan alkohol 70% sebagai disinfektan dan EDTA sebagai
antikoagulan pada darah untuk mencegah pembekuan darah ketika diambil
sampelnya (Warni, 1971).
Sel darah merah bertanggung jawab untuk satu tugas darah
yang paling penting - membawa oksigen dan karbon dioksida (Joshua, 2008). Berdasarkan gambar hasil pengamatan, struktur sel
darah manusia sangat berbeda dengan sel darah pada katak. Sel darah pada
manusia berbentuk bulat pipih pada kedua sisinya tanpa adanya inti
sel, sedangkan sel darah pada katak bentuknya oval dengan inti sel
yang besar dibagian tengah. Eritrosit pada manusia berbentuk kepingan
bikonkaf yang diratakan dan diberikan tekanan di bagian tengahnya, Bentuk ini
(setelah nuklei dan organelnya dihilangkan) akan mengoptimisasi sel dalam
proses pertukaran oksigen dengan jaringan tubuh disekitarnya. Bentuk sel sangat
fleksibel sehingga dapat dengan mudah untuk memasuki pembuluh kapiler yang
sangat kecil (Stella, 1997).
Menurut Sentra (2012) eritrosit pada katak (Rana sp.) memiliki bentuk oval dan memiliki ukuran yang lebih besar
daripada eritrosit manusia. Eritrosit
dewasa berbentuk lonjong atau bulat panjang, pipih dan memiliki
inti. Eritrosit yang
dimiliki katak termasuk eritrosit yang terbesar dibandingkan
hewan vetebrata lainnya. Dengan adanya inti pada eritrosit katak maka
dapat memperkecil ruang bagi hemoglobin karena oksigen yag dibutuhkan oleh
katak tidak hanya diikat oleh sel darah merah di paru-paru, melainkan dari
oksigen yang berdifusi melewati kulit mereka.
Pada percobaan kerapuhan sel darah merah manusia, kami
menggunakan larutan NaCl dengan konsentrasi berbeda-beda. Sel darah pada
umumnya akan mengembang lalu pecah pada larutan hipotonis, dan akan mengkerut
pada larutan hipertonis. Sedangkan sel darah akan memiliki bentuk yang normal
pada larutan yang isotonis (Evelyn, 1989)
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, saat sel darah
dimasukkan kedalam larutan hipotonis, sel darah memang mengembang dan memiliki
bentuk yang tidak beraturan, dan saat dimasukkan kedalam larutan hipertonis,
sel darah mengerut. Hal ini sudah sesuai dengan literatur. Namun saat sel darah
dimasukkan kedalam larutan NaCl 0.9%, sel darah memiliki bentuk tidak normal.
Kemungkinan hal ini dapat terjadi dikarenakan larutan fisiologis yang kami gunakan
sudah terkontaminasi. Sehingga merubah konsentrasi dan komposisi larutan
fisiologis yang digunakan.
BAB V
PENUTUP
5 5.1.
Kesimpulan
Struktur sel
darah merah katak memiliki perbedaan
dengan sel darah manusia dimana sel eritrosit katak berbentuk oval
dengan inti berada di tengah, dimana leukositnya tidak berwarna, sedangkan sel
darah merah manusia berbentuk bikonkaf tanpa inti sel dan leukositnya berwarna
ungu.
2.
Sel darah akan
membesar/mengembang jika digunakan larutan hipotonis yaitu larutan NaCl dengan
konsentrasi 0,3% dan 0,6%, dan akan mengkerut/mengecil jika digunakan larutan
hipertonis yaitu larutan NaCl dengan konsentrasi 1,2% dan 1,5%, dimana sel
darah manusia akan tetap normal jaka
digunakan larutan isotonis yaitu larutan NaCl dengan konsentrasi 0,9%.
5 5.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya akan
lebih baik apabila hewan uji yang diamati lebih bervariasi lagi, hal ini
bertujuan agar praktikan lebih banyak mengetahui macam-macam bentuk dan
struktur sel darah merah pada hewan uji.
DAFTAR PUSTAKA
Evelyn, F. 1989. Fisiologi
Manusia untuk Paramedis. Surabaya : Sinar Wijaya.
Ginanjar. 2011. Penyakit-penyakit
pada Hewan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Joshua. 2008. Fisiologi
Hewan. Yogyakarta : Kanisius.
Leeson,
T. 1990. Buku Ajar Histologi. Jakarta : EGC.
Neelam,
Singh, Semwal B. C, Maurya K., Khatoon R., & Paswan S. 2012. Artificial Blood: A Tool For Survival Of Humans. International
Research Journal of Pharmacy. 3(5), pp. 119-123.
Paulsen,
D.F. 2000. Histology and Celf Biology. USA : Mc Graw Hill.
Sentra. 2012. Anatomi
dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC
Stella. 2012. Anatomi
Fisiologi untuk siswa perawat. Penerbit Buku
Warni, E. 2009. Penentuan
Morfologi Sel Darah Merah (Eritrosit) Berbasis Pengolahan Citra dan Jaringan
Syaraf Tiruan. Makassar: Jurusan Teknik Elektro Universitas Hassanudin,
Comments
Post a Comment