laporan parafin hewan
LAPORAN
PRAKTIKUM MIKROTEKNIK HEWAN
“SEDIAAN
HISTOLOGIS DENGAN METODE PARAFIN”
Disusun oleh :
Nama : Rajali Harianja
NPM : F1D014048
Kelompok : III (tiga)
Dosen
Pengampu : Dra Novia Duya, M.si
Hari/Tanggal : Jum’at, 26 April 2019
Asisten : 1. Uci Cahlia (F1D015030)
2. Muhammad Amin (F1D015032)
3. Okta Ediyo Surayadi (F1D015042)
4. Dea Putri Ananda (F1D015062)
5. Rahmawati (F1D015070)
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
BENGKULU
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Metode
parafin merupakan metode yang paling sering digunakan dalam hal pembuatan
sediaan sayatan. Metode ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
metode sediaan sayatan dengan embedding lainnya yaitu prosesnya lebih cepat dan
hasil sayatan sangat tipis yaitu 6-8 µm. Metode ini dapat melarutkan beberapa
enzim penting pada jaringan, karena selama prosesnya, jaringan akan dimasukan
kedalam beberapa larutan kimia yang berbeda konsentrasi dan beda karakter
sehingga dibutuhkan konsentrasi dan ketepatan urutan saat melakukan metode ini.
Metode parafin digunakan untuk membuat sediaan sayatan dengan ketebalan yang
kecil. Metode ini sangat baik digunakan pada hewan maupun tumbuhan. Proses yang
dilakukan dalam metode ini antara lain sediaan organ, fiksasi, pencucian,
pewarnaan, dehidrasi, penjernihan, dan penempelan pada gelas objek (Budiono, 2012)..
1.2 Tujuan
· Mahasiswa memahami
pembuatan sediaan histologi dengan metode parafin
· Mahasiswa memahami
kegunaan alat dan kemikalia dalam pembuatan sediaan histologi metode parafin
· Mahasiswa memahami
konsep fiksasi jaringan, dehidrasi, dealkoholisasi/penjernihan, infiltrasi,
penanaman, penyayatan, penempelan, pewarnaan, dan mounting pada pembuatan sediaan histologi
· Mahasiswa memahami
struktur histologis normal beberapa organ tubuh
· Mahasiswa memiliki
keterampilan pembuatan sediaan histologi untuk pengamatan mikroskopis baik
untuk keperluan laboratorium maupun keperluan klinis
BAB II
LANDASAN
TEORI
Metode
Parafin ini
sekarang banyak digunakan, karena hampir semua macam jaringan dapat
dipotong dengan baik dengan menggunakan metode ini. Metode parafin adalah
suatu metode pembuatan preparat dengan melakukan penanaman jaringan di
dalam blok parafin untuk menghasilkan preparat jaringan hewanataupun tumbuhan
yang tipis. Preparat parafin ini dilakukan penyelubungankarena jaringan
merupakan bahan yang lunak (Nurliani, 2010).
Prosedur
pembuatan sediaan menggunakan metode parafin pada umumnyasama baik pada
jaringan hewan maupun tumbuhan. Pertama–tama organ yangakan dijadikan preparat
diisolasi terlebih dahulu, kemudian difiksasi minimal 24 jam, didehidrasi
dengan alkohol bertingkat selama 30 menit, diclearing dengan xilol murni juga selama
30 menit, diinfiltrasi agar parafin yang masuk berfungsisebagai penyangga
jaringan saat diiris dengan mikrotom, lalu diembedding(proses penanaman) yaitu
merendam jaringan ke dalam parafin cair, dan parafinakan masuk ke seluruh
bagian jaringan, proses pemotongan dengan mikrotom, penempelan pada kaca
objek, pewarnaan dengan haematoksilin (pada umumnya bahan ini yang sering
digunakan untuk jaringan hewan) sedangkan jaringantumbuhan seringkali
menggunakan safranin ataupun fast green. Setelah diwarnailalu dimounting,
diberi perekat entellan, dan diberi label nama .Alat khusus yang dirancang
untuk menyayat material atau jaringan dalamsayatan-sayatan yang cukup tipis
untuk penelaahan dengan mikroskop adalahmikrotom. Syarat memperoleh hasil
sayatan yang baik :1. Jaringan yang telah dipersiapkan dengan sempurna2. Pisau
yang cukup tajam3. Pemilihan jenis mikrotom yang tepat4. Operator yang cukup terampil
dan terlatih (Imran, 2011).
Adanya
berbagai jaringan yang berkumpul dan membentuk suatu organ tertentu,
memungkinkan suatu organ mempunyai kemampuan untuk melaksanakan fungsi hidup
yang beraneka ragam. Makin tinggi derajat suatu hewan, maka semakin banyak
organ tubuh yang dimilikinya. Hal ini bertujuan untuk melakukan efisiensi
kerja, karena dengan banyaknya organ tubuh maka pembagian kerja akan semakin
efektif. Suatu organ yang bekerja sama dengan organ-organ lainnya dengan
membentuk suatu fungsi yang lebih kompleks yang biasanya disebut dengan sistem
organ. Sebagai contoh adalah organ-organ yang bekerja sama dengan usus halus
dalam proses pencernaan makanan yaitu mulut, lambung, hati, pankreas, kelenjar
ludah, usus besar, dan lain sebagainya. Organ-organ tersebut merupakan suatu kesatuan
dan membentuk suatu sistem yang disebut sebagai sistem pencernaan (Kimball, 2012).
Metode
parafin termasuk metode sayatan yang banyak digunakan, karena hampir semua
jaringan dapat dipotong dengan metode ini. Pengamatan secara mikroskopis dari
suatu jaringan dalam berbagai kondisi dan berbagai elemen jaringan dapat
diamati atau diteliti melalui preparat permanen yang dibuat dengan metode
parafin. Pembuatan preparat dengan metode parafin adalah metode yang paling
umum digunakan untuk pembuatan preparat permanen, baik pada tumbuhan ataupun
pada hewan (Sugiharto, 2010).
Meskipun
menjadi metode yang paling sering digunakan saat ini, metode paraffin memiliki
kelebihan dan kekurangan dibandingkan metode yang lain. Kelebihan metode
parafin antara lain adalah irisan yang dihasilkan lebih tipis dibandingkan
dengan metode yang lain. Irisan yang dihasilkan juga bersifat seri, mudah
dipraktekkan, dan prosesnya lebih cepat dibadingkan dengan metode seloidin. Kekurangan
metode parafin antara lain yaitu jaringan menjadi keras dan mudah patah, tidak
bisa digunakan untuk jaringan besar, dan sebagian enzim pada jaringan akan
larut. Pembuatan sediaan dengan metode parafin memerlukan langkah-langkah yang
harus dikerjakan dengan urut agar dihasilkan sediaan yang dapat diamati dan
dipelajari sesuai tujuan pembuatan sediaan (Suntoro, 2013).
Kemampuan pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan
dapat dipengaruhi oleh luas permukaan epithel usus, jumlah lipatan-lipatannya,
dan banyaknya villi dan mikrovilli yang memperluas bidang penyerapan dan dipengaruhi
juga oleh tinggi dan luas permukaan villi, duodenum, jejunum, dan ileum. Luas
permukaan usus halus seperti tinggi villi menggambarkan area untuk penyerapan zat-zat nutrisi. Vili merupakan tonjolan
kecil mirip jari atau daun yang terdapat pada
membran mukosa, panjangnya 0,5 sampai 1,5 mm dan hanya terdapat pada
usus halus. Vili pada ileum bentuknya mirip jari dan lebih pendek dibandingkan
dengan vili yang terdapat pada duodenum dan jejejnum.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan
Tempat
Praktikum membuat sediaan histologi dengan metode
parafin ini dilaksanakan pada hari jum’at, tanggal 3 Mei 2019 dan Sabtu 4 Mei 2019 pukul 08.00 WIB sampai dengan
pukul 18.00 WIB, di Laboratorium Biologi Dasar, Gedung Basic Science, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Bengkulu.
3.2 Alat dan
Bahan
3.2.1 Alat
Adapun
alat yang digunakan pada praktikum ini adalah label, bak bedah, perangkat
bedah, killing botle, petridish,
gelas benda, kaca penutup, botol vial, pipet tetes, kuas kecil, mikrotom,
mikroskop, oven, hot plate dan staining jar.
3.2.2.
Bahan
Adapun
bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kloroform,garam fisiologis,
larutan bouin, alkohol 50%, 70%, 80%, 90%, 96 %, alkohol absolut: xilol, xilol,
xilol: parafin, parafin I,II,III, pewarna haematoxylin
(He), air, pewarna eosin, entelan,
parafin, kotak kertas, balok kayu dan albumin.
3.2
Cara Kerja
3.2.1
Pembedahan dan isolasi
Bak
bedah, killing botle dan perangkat
bedah disiapkan, digunakan sarung tangan dan masker, burung puyuh dimasukkan
kedalam killing botle sampai pingsan
lalu burung puyuh diletakkan diatas bak bedah dengan posisi terlentang dan
telapak kakinya ditusuk dengan jarum agar tidak bergeser saat dibedah kemudian
kapas basah diusapkan pada abdomen-serviks lalu dibedah dengan gunting bedah
ditangan dominan dan pinset ditangan lainnya untuk memegang kulit yang telah
dipotong. Pembedahal dimulai dari abdomen bagian bawah menuju keatas. Pada bagian
toraks tulang rusuk digunting sampai serviks jangan sampai gunting mengenai
organ. Organ diambil sesuai yang dibutuhkan perkelompok.
3.2.2
Pembuatan sediaan jaringan metode parafin
Organ
dicuci dengan menggunakan larutan garam fisiologis selama 10 menit, lalu
potongan organ dimasukkan kedalam botol vial yang telah berisi larutan fiksatif
Bouin dengan menggunakan pinset dengan ujung tumpul dan datar. Botol diletakkan
pada suhu ruangan selama 2 jam. Lalu dehidrasi organ dimasukkan kedalam botol vial
yang telah diisi dengan alkohol dengan konsentrasi alkohol 50%, 70%, 80%, 90%,
96% dan 96% masing-masing selama 20 menit. Lalu dilakukan penjernihan organ
dipindahkan kedalam botol vial baru yang telah berisi alkohol absolut: xylol
(1:1) dan xylol selama 1 jam. Kemudian tahap selanjutnya yaitu dehidrasi semua
proses dilakukan didalam oven dengan suhu 55˚C. Organ dimasukkan kedalam botol
vial yang telah diberi cairan xylol parafin: parafin (1:1), parafin I, parafin
II dan parafin III selama 30 menit. Kemudian dilakukan penanaman dari parafin
III organ dimasukka kedalam kotak yang sebelumnya telah dibuat. Posisi jaringan
diatur sedemikian rupa sesuai dengan arah penyayatan. Lalu diisi dengan parafin
murni cair. Jangan sampai ada gelenmbung udara. Jika ada gelembung udara jarum
sonde dipanaskan dengan spritus dan tusukkan pada gelembng sampai hilang.
Parafin dibiarkan menggeras dan simpan didalam lemari pendingin. Tahap
selanjutnya keluarkan balok parafin dari kertas, parafin ditempelkan ke balok
kayu dengan cara menuangkan sedikit parafin cair keatas balok kayu dan segera
ditempelkan balok organ keatasnya.
Tahap
selanjutnya yitu penyayatan organ dilakukan dengan mikrotom dengan ketebalan
5-6 mikrometer pada suhu ruang. Pada bagian yang akan diiris parafin dipoton
sedikit membentuk segi delapan agar memudahkan pemotongan. Dengan hati-hati
pita hasil pemotongan dipindahkan keatas karton dengan menggunakan kuas. Jangan
sampai pita tertiup angin. Kemudian tahap penempelan dilakukan pada kaca benda
yang berih dan bebas lemak. 3-4 pita diletakkan untuk jaringan besar dan 5-6
pita untuk jaringan kecil keatas kaca benda. Kaca benda ditetesi albumin dan
air kemudian diletakkan diatas hot plate
dengan hati-hati, pita dipotong dengan irisan jaringan terbaik dab diletakkan
diatas kaca benda agar jaringan terentang dan tidk mengkerut. Jaringan
diletakkan disisi tengah kaca benda hingga ke bagian kiri. Hindari penempelan
jaringan yang terlalu banyak dan memenuhi seluruh kaca benda. Jaringan
dikeringkan pada suhu ruang.
3.2.3 Pewarnaan
jaringan dengan hematoksilin-eosin
Proses
defarafinisasi dilakukan didalam staning
jar posisi kaca preparat diposisikan mengikuti alur dalam jar tersebut yang
telah diisi dengan xylol selama 15 menit lalu proses hidrasi dilakukan dalam
staning jaryang telah diisi dengan alkohol: xylol (1:1) selama 15 menit lalu
alkohol 96%, 96%, 80%, 70%, 50% selama 3 menit. Kemudian pewarnaan hematoksilin
kaca preparat dimasukkan kedalam staning jar yang telah berisi hematoksilin
selama 7 detik lalu cuci dengan air mengalir, diamati dengan mikroskop.
Kemudian tahap dehidrasi kaca preparat dimasukkan kedalam jar berikutnya yang telah diisi dengan air
aquadest selama 7 celupan lalu dimasukkan ke alkohol 50%, 70%, 80%, 90% selama
3 menit. Selanjutnya kaca preparat diasukkan kedalam pewarnaan eosin 1% dan diamati dibawah mikroskop. Selanjutnya
tahap dehidrasi kaca benda dimasukkan kedalam jar yang berisi alkohol 96%
kemudian tahap dealkoholisiasi kaca benda dimasukkan kedalam jar berisi alkohl:
xylol (1:1) selama 3 menit dan xylol selama 15 menit.
Tahap
selajutnya yaitu mounting kaca benda dikeluarkan dari jar, hisap kelebihan
xylol dengan tisu lalu diberi entelan pada kaca benda tutup dengan kaca objek
biarkan entelan merembes sendiri keseluruh permukaan kaca penutup biarkan
mengering. Kemudian pellabelan sediaan diberi label yang terdiri dari nama
spesies, author, dan tanggal pembuatan sediaan.lalu sediaan histologi siap
untuk diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Metode
parafin adalah suatu cara pembuatan sediaan baik itu tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan parafin.
Kebaikan-kebaikan metode ini ialah irisan jauh lebih tipis dari pada
menggunakan metode beku atau metode seloidin. Metode parafin tebal irisan dapat
mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan
dengan mudah bila menggunakan metode ini. Kelemahan dari metode ini ialah
jaringan menjadi keras, mengerut, dan mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar
tidak dapat dikerjakan, bila menggunakan metode ini (Santoso, 2002).
Pada praktikum kali ini menggunakan organ dari burung
puyuh. Pada organ usus digunakan untuk mengamati otot halus karena otot halus
terdapat pada organ tersebut. Sedangkan pada otot lurik diambil daging dari
buyung putyuh pada bagian dada burung puyuh.
Dari sediaan organ yang
telah dibuat, didapatkan hasil pengamatan histologi otot polos. Pada otot polos terebut terdiri dari serat
dan inti serat. Bentuk otot polos itu gelendong dengan inti di tepi. Pada
pengamatan otot polos sesuai dengan jurnal. Hasil yang didapatkan memuaskan
karena prosedur dilakukan dengan hati-hati. Pada pengamatan otot polos
pemotongannya adalah melintang,dan bentuk otot polos tidak begitu jelas pada
gambar.
Pada otot polos perbedaan warna antara nukleus dan sitoplasma disebabkan
pada pewarnaan, Hematoksilin berfungsi untuk mewarnai inti atau nucleus dan
sitoplasma diwarnai dengan eosin. Pada gambar tersebut nukleus warnanya agak
gelap. Sedangkan serabut tidak begitu gelap karena perbedaan pH antara serabut
otot polos dan inti serabut otot polos.
Pada praktikum otot lurik
didapatkan gagal karena ketika memotong parafin bentuk nya tidak berbentuk pita. Hal ini dikarenakan ada ruang kosong
pada parafin, menyebabkan organ hancur dan tidak dihasilkan potongan dalam bentuk
pita. Hal ini terjadi karena ketika proses penempelan, parafin tidak menutup
rata sehingga ada ruang kosong pada parafin. Selain itu waktu yang kelamaan
waktu penempelan menyebabkan parafin langsung beku dan ruang kosong pada
parafin tidak tertutup sempurna.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa :
1.
Pada otot polos ditemukan serat otot polos dan inti
serat otot polos.
2. Pada otot lurik
hasilnya gagal, karena pada waktu pemotongan parafin organ nya hancur (tidak
berbentuk pita).
5.2
Saran
Ada baiknya pisau mikrotom diganti
dengan pisau yang lebih tajam, agar hasil potongan pita yang didapatkan lebih
baik dan jaringan/organ yang akan diamati lebih bagus.
DAFTAR PUSTAKA
Budiono JD. 2012. Pembuatan
Preparat Mikroskopis. IKIP Press. Surabaya.
Kimball. 2012. Biologi. Jakarta.
Erlangga.
Pedia,Biologi.“OtotPolos”FTP biologipedia.blogspot.com/2010/09/biologipedia. diakses tanggal 7 mei 2019)
Santoso, H. 2002. Metode Pewarnaan (Histologi dan Histokimia).Bhrataro Karya Aksara.
Jakarta.
Sugiharto. 2010. Mikroteknik.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. Bogor.
Suntoro. 2013.
Metode Pewarnaan Histologi dan Histokimia. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Comments
Post a Comment