laporan suksesi

                   LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI DASAR                                    SUKSESI

 






Kelompok     : 5 (LIMA)
Dosen Pembimbing: Dr. Rizwar, MS.


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU

2015






BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Perubahan-perubahan yang terjadi dalam komunitas dapat dengan mudah diamati dan seringkali perubahan itu berupa pergantian satu komunitas oleh komunitas lain. Dapat kita lihat misalnya pada sebidang kebun jagung yang setelah panen ditinggalkan dan tidak ditanami lagi. Disitu akan bermunculan berbagai jenis tumbuhan gulma yang membentuk komunitas. Apabila lahan itu dibiarkan cukup lama, dalam komunitas yang terbentuk dari waktu ke waktu akan terjadi pergantian komposisi jenis (Resosoedarmo, 1990).
            Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan perkataan lain. suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem.
            Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai homeostatis. Ini dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai akibat dari tanggap (respon) yang terkoordinasi dari komponen-komponennya terhadap setiap kondisi atau rangsangan yang cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas. Jadi bila suatu komunitas telah mencapai klimaks, perubahan yang searah tidak terjadi lagi(Resosoedarmo,1990).
            Proses suksesi sangat terkait dengan faktor linkungan, seperti letak lintang, iklim, dan tanah. Lingkungan sangat menentukan pembentukkan struktur komunitas klimaks. Misalnya, jika proses suksesi berlangsung di daerah beriklim kering, maka proses tersebut akan terhenti (klimaks) pada tahap komunitas rumput, jika berlangsung di daerah beriklim dingin dan basah, maka proses suksesi akan terhenti pada komunitas (hutan) conifer, serta jika berlangsung di daerah beriklim hangat dan basah, maka kegiatan yang sama akan terhenti pada hutan hujan tropic.
            Lalu proses suksesi sangat beragam, tergantung kondisi lingkungan. Proses suksesi pada daerah hangat, lembab, dan subur dapat berlangsung selama seratus tahun. Coba kalian bandingkan kejadian suksesi pada daerah yang ekstrim (misalnya di puncak gunung atau daerah yang sangat kering). Pada daerah tersebut proses suksesi dapat mencapai ribuan tahun.
          

 Kecepatan proses suksesi dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
  1.    Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu.
  2.    Kehadiran pemencar benih.
  3.    Iklim, terutama arah dan kecepatan angina yang membantu penyebaran biji, sporam dan benih serta curah hujan.
  4.    Jenis substrat baru yang terbentuk
  5.    Sifat – sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.
                                                      
            Sukses tidak hanya terjadi di daratan, tetapi terjadi pula di perairan misalnya di danau dan rawa. Danau dan rawa yang telah tua akan mengalami pendangkalan oleh tanah yang terbawa oleh air. Danau yang telah tua ini disebut eutrofik. Dalam setiap komunitas setiap individu selalu dikelilingi oleh berbagai organisme, yaitu organisme satu spesies atau spesies lain. Organisme dalam suatu komunitas saling berhubungan. Hubungan antara spesies di dalam komunitas mempunyai pengaruh besar terhadap berbagai spesies yang membentuk komunitas (Sastrodinoto, 1980).

1.2 Tujuan                                                                                                    
      Untuk memahami tentang masalah suksesi dan  perubahan yang terjadi akibat suksesi alami pada lahan garapan.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian suksesi 
Seorang ahli biologi menyatakan bahwa suksesi adalah perubahan yang terjadi pada suatu ekosistem yang berlangsung bertahap- tahap dalam waktu yang lama. Namun yang dianut oleh ahli- ahli ekologi sekarang adalah pandangan yang mengatakan bahwa suatu komunitas adalah merupakan suatu gabungan dari beberapa organisme. Organisme dalam suatu komunitas saling berhubungan, karena melalui proses- proses kehidupan yang saling berinteraksi. Lingkungan disekitarnya sangat penting karena mempengaruhi kehidupan organisme. Jika organisme tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, maka akan berakibat fatal bagi organisme itu. Misalnya, tanah penting untuk tumbuhan hidup karena mengandung mineral juga merupakan media bagi air dan sebagai tempat tumbuhnya akar. Sebaliknya tanah juga dapat dipengaruhi oleh tumbuhan, dapat mengurangi jumlah mineral dalam tanah dengan akar- akar tanaman yang menembus tanah yang hanya mengandung beberapa zat organik (Irwan, 1992).
Para ahli biologi mencoba memberi nama pada berbagai komunitas. Nama ini harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat komunitas itu. Mungkin cara yang sederhana adalah memberi nama dengan menggunakan kata-kata yang dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas itu. Kebanyakan orang dapatmembayangkan apa yang dimaksud jika kita berbicara mengenai “hutan” atau “padang rumput”. Nama ini menunjukkan bentuk dan wujud komunitas ini dalam keseluruhannya. Sering kali di dalam suatu komunitas terdapat satu atau dua tumbuhan dalam jumlah yang banyak, sehingga tumbuhan ini merupakan wujud yang khas daripada komunitas ini. Organisme yang memberi wujud khas kepada suatu komunitas dinamakan suatu spesies dominan dalam komunitas ini (Sastrodinoto, 1980).
Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai homeostatis.Menurut Irwan (1992), pemberian nama komunitas dapat berdasarkan:
1.Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup, atau indikator lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan dipterocarpaceae. Dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil, di Indonesia hutan ini banyak di Flores.
2.Berdasarkan habitat fisik komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas lautan dan sebagainya.
3.Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional, misalnya tipe metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang tertinggi terbagi rata sepanjang tahun dan disebut hutan hujan tropik.           

Di antara banyak organisme yang membentuk suatu komunitas, hanya beberapa spesies atau grup yang memperlihatkan pengendalian yang nyata dalam memfungsikan keseluruhan komunitas. Kepentingan relatif organisme dalam suatu komunitas tidak ditentukan oleh posisi taksonominya, namun oleh jumlah, ukuran, produksi dan hubungan lainnya. Tingkat kepentingan suatu spesies biasanya dinyatakan oleh indeks keunggulannya. Komunitas diberi nama dan digolongkan menurut spesies atau bentuk hidup yang dominan, habitat fisik atau kekhasan fungsional. Analisis komunitas dapat dilakukan pada setiap lokasi tertentu berdasarkan perbedaan zone atau gradien yang terdapat dalam daerah tersebut.Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam komunitasnya karena batas yang tajam terbentuk oleh perubahan yang mendadak dalam sifat fisik lingkungannya (Michael, 1994).
Secara subjektif siapapun akan menyadari bahwa komunitas hutan itu berbeda dengan komunitas padang rumput dalam komposisi jenis dan struktur vegetasi. Agar suatu komunitas menjadi kenyataan yang objektif sebagai koleksi yang nyata dari suatu populasi, harapannya adalah bahwa kelompok populasi tertentu cenderung untuk terjadi berulang- ulang dalam lingkungan yang serupa, dan bahwa kelompok-kelompok ini berbeda dengan komunitas yang bersebelahan.
Harapan ini dapat diuji analisis gradasi, yang dalam analisis ini dengan distribusi sepanjang gradasi lingkungan untuk mengetahui kisaran jenis yang membentuk komunitas (Desmukh, 1992). 
Kebanyakan komunitas memperlihatkan pola dan struktur dalam tanan bagian komponen. Struktur suatu komunitas terdapat dalam bentuk stratifikasi tegak (misalnya komunitas hutan), zona mendatar (komunitas laut) atau dalam pola- pola fungsional yang berkaitan dengan aktivitas, jaring makanan, perilaku reproduksi, atau perilaku sosial dari organisme. Zona peralihan dari suatu komunitas dinamakan ekoton. Zona-zona ini memiliki organisme yang khas, demikian juga organisme yang ditemukan diperbatasan. Jumlah dan banyaknya spesies sering kali lebih besar dalam suatu ekoton daripada komunitas tetangganya (Michael,1994).
Vegetasi yang terdapat di alam kebanyakan komunitas hutan mempunyai suatu pola yang jelas. Di dalam komunitas hutan, daun-daun, cabang-cabang dan bagian lain dari bermacam- macam pohon, semak dan lain-lain tumbuhan membentuk beberapa lapisan. Masing-masing lapisan memiliki produsen, konsumen dan makhluk pembusuk lain yang khas. Mikroklimat tiap lapisan pun berlainan. Hal ini dapat dipahami karena cahaya, angin, dan hujan yang diterima lapisan ini juga berbeda. Selain dari lapisan tumbuhan, permukaan tanah hutan juga merupakan tempat hidup. Pada permukaan tanah hutan terdapat daun-daun, ranting- ranting dan kayu yang membusuk. Zona-zona ini memiliki organisme yang khas, demikian juga organisme yang ditemukan diperbatasan. Jumlah dan banyaknya spesies sering kali lebih besar dalam suatu ekoton daripada komunitas tetangganya. Disini terdapat suatu komunitas yang terdiri dari mikroorganisme, lumut dan paku- pakuan. Juga terdapat bermacam-macam kumbang, kutu daun, belalang dan mungkin ular ( Sastrodinoto, 1980).                                                                                        
Organisme individu atau populasi yang terbentuk sebagai kumpulan populasi spesies dalam daerah tertentu, yang membentuk suatu komunitas, suatu komunitas dapat berada dalam berbagai ukuran, misalnya komunitas hutan besar, laut atau komunitas kayu busuk. Para ahli tumbuhan dan hewan memerikan komunitas secara beragam. Semua definisi komunitas memiliki pandangan tertentu secara umum.














BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat
            Hari, tanggal   : senin, 5 oktober 2015
            Tempat            : Gardenia Hayatika biologi
            Waktu                         : 11.00 WIB
3.2 Alat dan Bahan
            Pada praktikum suksesi tumbuhan ini dibutuhkan alat dan bahan, yaitu :
·         tali rafia
·         pancang
·         meteran
·         lahan percobaan.
3.3  Cara Kerja
·         Buat plot kecil berukuran 1 x 1m2 , dengan menggunakan meteran dan dibatasi oleh tali rafia.
·         Catat jenis tumbuhan kemudian difoto dan hitung jumlah spesies yang tumbuh pada plot tersebut
·         Selanjutnya biarkan plot tersebut selama seminggu
·         Setelah seminggu, catat jenis tumbuhan yang tumbuh dan tumbuhan yang hilang, catat jika ada spesies baru. Kemudian difoto, dan hitung jumlah spesies masing-masing tumbuhan yang tumbuh pada plot. Tetapi jangan dicabut
·         Lakukan pengamatan yang sama pada minggu berikutnya. Pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali hingga minggu ke 5.








BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil pengamatan

Tabel pengamatan suksesi setiap 1 minggu
NO
Nama Spesies
Pengamatan setiap minggu
I
II
III
IV
1
Spesies 1 (1 batang)
-
-
-
-
2
Spesies 2 (10 batang)
-
1
3
3
3
Spesies 3 (21 batang)
-
2
4
10
4
Spesies 4 (5 batang)
          -
-
-
-
5
Spesies 5 (2 batang)
-
-
-
-
6
Spesies 6 (2 batang)
-
-
-
-


4.2  Pembahasan

Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan perkataan lain. suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem.
               Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.
      a.       Suksesi Primer
              Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguan yang mengakibatkan komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat baru. Gangguan tersebut dapat terjadi secara alami maupun oleh campur tangan manusia. Gangguan secara alami dapat berupa tanah longsor, letusan gunung berapi, dan endapan lumpur di muara sungai.
      b.       Suksesi sekunder
          Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan / substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir.
          Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dapat berasal dari peristiwa alami atau akibat kegiatan manusia. Gangguan alami misalnya angina topan, erosi, banjir, kebakaran, pohon besar yang tumbang, aktivitas vulkanik, dan kekeringan hutan. Gangguan yang disebabkan oleh kegiatan manusia contohnya adalah pembukaan areal hutan
Praktikum ini dilakukan dengan membuat plot sebanyak 1 buah dengan luas 1 × 1 m2, petak  inilah yang dibuat gundul  dengan cara mencabut  area petak  ini hingga tanaman yang ada manjadi hilang . Petak/plot dibuat dengan menggunakan tali rafia dengan warna yang mencolok (misalnya merah), pemilihan warna ini bertujuan agar pembatas (garis) tersebut masih dapat terlihat jelas walaupun nantinya tumbuh berbagai tumbuhan dengan lebat. Pengamatan tentang suksesi ini dilakukan selama 4 minggu. Pada saat pembuatan petak/plot dan pencangkulan lahan, dihitung sebagai minggu ke 0. Pada minggu pertama belum ada tumbuhan yang tumbuh.  


Pada minggu ke dua tumbuh satu(1) spesies dari tumbuhan yang mirip dengan rumput teki dan dua(2) spesies dari yumbuhan yang berbunga yang tingginya kira-kira 1 cm, dan tumbuhan yang lain tidak satupun ada yang tumbuh. Pada minggu ke tiga, tumbuhan yang mirip dengan rumput teki bertambah dua(2) spesies dan tumbuhan yang berbunga bertambah dua(2) spesies juga, dan tumbuhan yang lainnya satupun tidak ada yang tumbuh.
Pada minggu keempat, tumbuhan yang mirip dengan rumput teki tidak tumbuh lagi atau tidak bertambah, dan tumbuhan yang berbunga bertambah menjadi sepuluh(10) spesies, dan tumbuahan yang lainnya tidak satupun tumbuh. Hal ini kemungkinan pada petak tersebut, proses pencabutan sampai menghilangkan akar dari tanaman yang ada sebelumnya sehingga diperlukan proses yang lama untuk menumbuhkan kembali tanaman tersebut. Dari hasil
pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa vegetasi yang pertama muncul adalah jenis rerumputan dan jenis rerumputan yang berbunga yaitu tumbuhan yang mirip dengan rumput teki dan tumbuhan yang berbunga.Hal ini disebabkan jenis suksesi merupakan suksesi sekunder, dimana sudah terdapat kehidupan sebelumnya.



BAB V
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.  Suksesi yang kami lakukan ini merupakan jenis suksesi sekunder. Karena telah ditemukan adanya kehidupan sebelumnya, yaitu berupa rumput-rumput liar, yang kemudian dibersihkan dengan cara dicabut sampai bersih tetapi masih ada akar  yang tertinggal, sehingga ada kemungkinan tumbuhan yang tumbuh diawal akan tumbuh kembali dan ada kemungkinan juga tumbuhan yang tumbuh diawal akan mati
2.  Faktor-faktor yang mempengaruhi suskesi yaitu ada yang melalui campur tangan manusia dan ada juga yang terjadi secara alami. Gangguan secara alami dapat berupa tanah longsor, letusan gunung berapi, dan endapan lumpur di muara sungai. Gangguan yang disebabkan oleh kegiatan manusia contohnya adalah pembukaan areal hutan





















Daftarpustaka:

Desmukh, I.1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Ewusie, J. Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung: ITB. Hal: 47-82
Irwan, Z. O.1990. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem,
Komunitas, Dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
Michael, P.1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan
Laboratorium. Jakarta: UI Press.
Resosoedarmo, R. S.1989. Pengantar Ekologi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Sastrodinoto,S.1980. Biologi Umum I. PT. Gramedia.Jakarta.
































LAMPIRAN

v  SPESIES PENGAMATAN AWAL SEBELUM DISUKSESI
  




v  PENGAMATAN SETELAH DISUKSESI


  








Comments

Popular posts from this blog

Laporan Sel Darah Merah Manusia dan Katak

Tipe Paruh Burung Berdasarkan Fungsinya beserta contohnya

Metode Penelitian Tingkah Laku Hewan