laporan sediaan tekan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroteknik
merupakan teknik pembuatan sediaan atau preparat secara mikroskopis, tentunya
pendekatan secara teoritis saja tidaklah memadai untuk memahami secara
menyeluruh mengenai mikroteknik, sebab yang namanya teknik lebih menekankan
pemahaman pada aplikatifnya meskipun pada dasarnya landasan teoritis juga
diperlukan dalam rangka memberikan beberapa petunjuk yang harus dilakukan agar
proses pembuatan preparat sesuai dengan prosedural kerja dan alasan penggunaan
ataupun pemilihan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan
mikroskopis. Salah satu teknik dalam pembuatan preparat adalah menggunakan
metode whole mount.
Whole
mount merupakan
metode pembuatan preparat yang nantinya akan diamati dengan mikroskop tanpa
didahului adanya proses pemotongan. Jadi pada metode ini, preparat yang diamati
adalah preparat yang utuh baik itu berupa sel, jaringan, organ maupun individu.
Gambar yang dihasilkan oleh preparat whole mounth ini terlihat
dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih hidup sehingga
pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas terhadap morfologi secara umum
saja. Salah satu bagian dari tanaman yang dapat dibuat preparat menggunakan
preparat whole mount yakni daun.
Metode whole mounth
mempunyai kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Kelebihan metode ini adalah dapatmengamati
seluruh bagian tanaman dengan jelas tiap bagian-bagiannya. Sedangkan
kelemahannya adalah metode ini hanya bisa dilakukan pada tanaman dengan ukuran
yang kecil saja tidak
bisa tanaman yang besar sehingga
metode ini perlu terus dikembangkan dengan melakukan bebagai
percobaan (Hamid, 2010).
Daun
merupakan organ pada tumbuhan yang tersusun oleh beberapa jarinngan, salah satu
jaringan penyusun daun yakni jaringan epidermis. Pada jaringan epidermis
terdapat celah terutama pada helaian daun permukaan sebelah bawah. Celah
tersebut merupakan stomata yang berperan dalam transpirasi pada tumbuhan.
Stomata pada tumbuhan memiliki tipe-tipe yang ditinjau dari bentuk dan letak
sel tetangga terhadap sel penutup stomata seperti tipe diasitik,
parasitic anomositik, dan anisositik. Berdasarkan
uraian di atas, maka perlu diadakan praktikum Preparat Whole
Mount untuk melihat stomata pada daun.
Stomata adalah celah
diantara epidermis yang diapit oleh 2 sel epidermis khusus yang disebut sel
penutup. Di dekat sel penutup terdapat sel-sel yang mengelilinginya disebut sel
tetangga. Sel penutup dapat membuka dan menutup sesuai dengan kebutuhan tanaman
akan transpirasinya, sedangkan sel-sel tetangga turut serta dalam perubahan
osmotik yang berhubungan dengan pergerakan sel –sel penutup. Stomata terdapat
pada semua bagian tumbuhan yang terdedah ke udara, tetapi lebih banyak terdapat
pada daun (Haryanti, 2010).
Setiap
jenis tumbuhan mempunyai struktur sel epidermis yang berbeda. Perbedaan
struktur sel epidermis yang dimaksud dapat berupa bentuk dan susunan sel
epidermis, letak atau kedudukan stomata terhadap sel tetangga, arah membukanya
stomata, bentuk stomata, jumlah sel epidermis dan stomata, jarak antara stomata
dan panjang sel epidermis dan stomata (Rompas, 2011).
Stomata
berperan penting sebagai alat untuk adaptasi tanaman terhadap cekaman
kekeringan. Pada kondisi cekaman kekeringan maka stomata akan menutup sebagai
upaya untuk menahan laju transpirasi. Senyawa yang banyak berperan dalam
membuka dan menutupnya stomata adalah asam absisat (ABA). ABA merupakan senyawa
yang berperan sebagai sinyal adanya cekaman kekeringan sehingga stomata segera
menutup Beberapa tanaman beradaptasi terhadap cekaman kekeringan dengan cara
mengurangi ukuran stomata dan jumlah stomata (Lestari, 2006).
Stomata
ditemukan pada sebagian besar pemukaan tanaman misalnya daun, batang, dan akar
tetapi yang terbanyak terdapat pada daun. Sebagian besar tanaman angiosprermae
daun- daunnya mempunyai stomata pada permukaan bawah (abaksial), sehingga
disebut hipostomatus. Sedang pada daun tanaman akuatik yang mengapung, stomata
hanya terdapat pada permukaan atas daun (adaksial), pada tanaman lainnya
stomata terdapat pada kedua permukaannya (Haryanti dan Meirina, 2009).
Pendekatan
anatomi dapat menunjukkan korelasi antara karakter anatomi dan
karakter-karakter yang lain, oleh karena itu data ini dapat digunakan untuk
menguatkan batasan-batasan takson, terutama untuk bukti-bukti taksonomi seperti
karakter morfologi yang masih meragukan. Secara anatomi, daun sangat bervariasi
dan menyediakan banyak karakter yang secara sitematik nyata. Karakter-karakter
yang digunakan lapisan sel epidermis, banyaknya lapisan hipodermis, stomata, sel-sel
kristal dan ikatan pembuluh (Rahayu dan Handayani, 2008).
1.2 Tujuan
Dilakukannya
praktikum ini bertujuan untuk:
1. Untuk menguasai teknik pembuatan sediaan utuh
(whole mount)
· 2. Untuk mengamati stomata pada daun Rhoe discolor.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Praktikum dilaksanakan diruang
laboratorium science Universitas Bengkulu dan proses fiksatif dilakukan
dirumah. Kegiatan pengamatan dilakukan pada pukul:
Persiapan material
09 maret 2016
Fiksasi
09 maret 2016, 14.16 – 11 maret 2016, 14.16
Pencucian
11 maret 2016, 14.20 – 14.45 (
3 x 5 menit)
Pewarnaan
11 maret 2016, 14.45 – 16.15
Pencucian
11 maret 2016, 16.18
– 16.20
Dehidrasi
11 maret 2016 – 16 maret 2016
Penghilangan gliserin
16 maret 2016, 14.00 – 15.00 (masing 30
menit )
Alkohol absolut
16 maret 2016, 15.00 – 17.00 ( masing 1 jam)
Alkoholisasi bertingkat 16
maret 2016, 17.00 – 17.55 (masing 5 menit)
Penutupan
18 maret 2016, 14.15
Labeling
20 maret 2016
2.2Bahan dan
Alat
2.2.1 Bahan
yang digunakan:
- Daun Rhoe
discolor
- Larutan
FAA
- Aquades
- HCL 1%
- Hematoxylin
- Gliserin
10%
- Alkohol
95%
- Canada
balsem / antelan
- Alkohol –
xilol 9:1
- Alkohol –
xilol 8:2
- Alkohol –
xilol 7:3
- Alkohol –
xilol 6:4
- Alkohol –
xilol 5:5
- Alkohol –
xilol 4:6
- Alkohol –
xilol 3:7
- Alkohol –
xilol 2:8
- Alkohol – xilol 1:9
- Xilol
murni I
- Xilol
murni II
2.2.2 Alat yang
digunakan
- Botol vial
- Kuas
- Kaca benda
- Mikroskop
- Kaca penutup
- Lampu spritus.
- Penjepit kayu
- Kertas label
2. 3 Cara Kerja
1. Bahan dan
alat disiapkan
2. Lapisan
atas dan bawah daun Rhoe discolor disayat, kemudian langsung
dimasukkan ke dalam fiks (larutan FAA) 2 malam (09 maret
2016, 14.16 – 11 maret 2016, 14.16)
3. Lalu
fiksatif dibuang dan diganti dengan aqudaes 3x / 5menit (14.20 – 14.45)
4. Setelah
itu aquades diganti dengan pewarna hematoxylin selama 30 menit (14.45 – 16.15)
5. Lalu
pencucian lagi dengan aquades selama 2 menit, dan destaining dengan HCL 1% 10
detik dan pencucian kelebihan asam 5 menit
6. Setalah
itu, dehidrasi dengan larutan gliserin 10%, biarkan hingga gliserin murni
7. Gliserin
dihilangkan dengan penambahan alkohol 95% 2x / 30menit, kemudian
diakhiri dengan
alkohol
absolut 2x / 1 jam (16 maret 2016, 14.00 – 15.00 dan 15.00 – 17.00)
8. Alkoholisasi
dengan alkohol – xilol seri bertingkat masing-masing 5 menit (17.00 –
17.55).
9. Setelah
selesai, benda diletakkan ke kaca benda dan diamati dibawah mikroskop, pilih
sediaan yang terlihat jelas stomatanya, kaca benda yang telah dipilih diberi
setetes xilol dan canada balsem/antelan tutup dengan kaca penutup, lewatkan
pada api spritus, lalu keringkan
10. Sediaan
yang sudah jadi di label sesuai dengan nama bahan, perbesaran, dan hasil
pengamatan yang terlihat
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil Praktikum
3.2 Pembahasan
Whole
mount merupakan
metode pembuatan preparat yang nantinya akan diamati dengan mikroskop tanpa
didahului adanya proses pemotongan atau penyayatan. Gambar yang dihasilkan oleh
preparat whole mount ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti
ketika organisme tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang dapat dilakukan
hanya terbatas terhadap morfologi secara umum saja. Akan tetapi pada praktikum
kali ini preparat yang dibuat harus melalui proses penyayatan, sebab objek
pengamatan yang akan diamati dan dianalisis berupa jaringan epidermis pada daun
yang memperlihatkan adanya stomata.
Stomata
merupakan bagian daun yang memiliki fungsi yang sangat penting bagi tumbuhan
yakni untuk pertukaran gas dan juga berperan dalam fotosintesis. Akan tetapi
setiap tumbuhan memiliki bentuk serta letak stomata yang berlainan yang
dipengaruhi oleh tipe atau golongan maupun habitat tumbuhan itu sendiri. Sel
yang mengelilingi stomata atau biasa disebut dengan sel tetangga berperan dalam
perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup. Sel penutup letaknya
dapat sama tinggi, lebih tinggi atau lebih rendah dari sel epidermis lainnya.
Bila sama tinggi dengan permukaan epidermis lainnya disebut faneropor,
sedangkan jika menonjol atau tenggelam di bawah permukaan disebut kriptopor.
Setiap sel penutup mengandung inti yang jelas dan kloroplas yang secara berkala
menghasilkan pati. Dinding sel penutup dan sel penjaga sebagian berlapis
lignin.
Pembuatan
preparat whole mount stomata ini bersifat semi permanen yang
dilakukan melaui beberapa tahapan utama, yakni fiksasi, pencucian, pewarnaan,
dehidrasi, alkoholisasi, penempelan, dan pengamatan. Tahapan pertama dalam
pembuatan preparat whole mount stomata ini yakni dengan
melakukan fiksasi terhadap objek pengamatan berupa daun dari Rhoe
discolor. Fiksasi terhadap daun ini dilakukan dengan menggunakan larutan
fiksatif berupa alkohol 70% dengan cara merendamnya selama 1 jam. Tujuan pada
tahap fiksasi ini adalah untuk mengawetkan protoplasma dengan seminimal mungkin
untuk terjadinya perubahan atau tidak mengubah bentuk semula.
Tahapan
selanjutnya setelah fiksasi adalah tahap pencucian. Daun yang telah difiksasi
tersebut dicuci dengan cara membuang larutan fiksatif lalu diganti dengan aquades.
Setelah larutan fiksatifnya hilang, daun dilunakan dengan cara merendamnya di
dalam larutan HNO3 25% selama 15-30 menit. Tujuan pelunakkan daun ini adalah
untuk melunakkan daun sehingga memudahkan pada saat penyayatan daun. Setelah
dilunakkan, daun kembali dicuci dengan menggunakan aquades.
Tahapan
selanjutnya yakni penyayatan terhadap objek pengamatan. Penyayatan dilakukan
dengan menggunakan silet yang tajam dan steril. Penggunaan silet tajam dan
steril untuk memperoleh sayatan setipis mungkin dan tidak ada kontaminan dari
partikel-partikel lainnya. Bagian dari daun yang dibuat sayatan paradermal
yakni pada helaian permukaan daun bagian bawah (abaksial), ini dikarenakan pada
tumbuhan yang hidup pada daerah xerofit umumnya stomata banyak dijumpai pada
sisi abaksial daun. Sayatan tipis tersebut kemudian direndam di dalam bayclin
selama 5 menit. Tujuan perendaman di dalam bayclin ini adalah untuk melarutkan
klorofil pada daun yang menghalangi stomata, sehingga pada saat pengamatan
stomata akan jelas terlihat. Setelah direndam dengan bayclin, sayatan kembali
dicuci dengan menggunakan aquades.
Tahap
selanjutnya setelah penyayatan adalah tahap pewarnaan. Pewarnaan terhadap
sayatan epidermis daun dilakukan dengan menggunakan pewarna tunggal yaitu
safranin 1% (aquosa). Pewarnaan dengan safranin 1% dilakukan dengan cara
merendam sayatan selama 5 menit. Pemilihan pewarna berupa safranin 1%
dikarenakan safranin merupakan pewarna yang baik digunakan pada tumbuhan karena
dapat mewarnai hampir seluruh bagian jaringan pada tumbuhan. Sayatan yang telah
diwarnai tersebut kemudian siap untuk diamati di bawah mikroskop. Akan tetapi
sebelum diamati, sayatan terlebih dahulu diletakkan di kaca objek kemudian
ditetesi dengan gliserin 30%. Tujuan pemberian larutan gliserin 30% ini adalah
untuk menghilangkan sisa larutan pewarna pada objek pengamatan. Sehingga
preparat akan dengan jelas diamati sebab warna pada preparat tidak terlalu
pekat.
Tahapan
terakhir pada pembuatan preparat whole mount stomata adalah
tahap pengamatan. Tahap pengamatan merupakan tahapan mengamati preparat di
bawah mikroskop yang bertujuan untuk mengamati apakah preperat yang telah
dibuat dengan menggunakan mikroteknik sudah baik dan benar. Preparat yang baik
dan benar itu dapat diamati dan dianalisis di bawah mikroskop, artinya setiap
komponen jaringan atau elemen sel dapat dibedakan satu sama lain, preparat
transparan dan tembus cahaya, serta preparat harus tipis dan rata.
Hasil
pengamatan pada preparat whole mount stomata, pada setiap
sayatan epidermis daun setiap spesies tumbuhan terlihat jelas bagian-bagian
stomata dari daun tersebut, yakni terlihat jelas adanya celah stomata (porus),
sel penutup, dan sel tetangga. Tidak hanya bagian-bagian dari stomata yang
diamati, akan tetapi pada setiap sediaan juga memperlihatkan tipe-tipe dari
stomata berdasarakan bentuk, letak dan jumlah sel tetangga. Sayatan epidermis
daun Rhoe discolor memperlihatkan stomata tipe anomositik
yakni jumlah sel tetangga lebih dari tiga dengan memiliki bentuk sel tetangga
sama besarnya sehingga sulit untuk dibedakan.
BAB
IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
·
Whole mount merupakan metode
pembuatan preparat yang nantinya akan diamatidengan mikroskop tanpa didahului
adanya proses pemotongan.
· Metode sediaan utuh diawali
dengan persiapan material, fiksasi, pencucian, pewarnaan,
pencucian(pengilangan kelebihan warna), destaining, dehidrasi, alkoholisasi,
penutupan, labeling.
· Pada hasil pengamatan terlihat stomata pada
daun Rhoe discolor di sisi abaksial daun, terlihat pada
perbesaran 40x10.
· Stomata yang terlihat bertipe anomositik yakni
jumlah sel tetangga lebih dari tiga dengan memiliki bentuk sel tetangga sama
besarnya sehingga sulit untuk dibedakan
4.2 Saran
Sebaiknya
pada tahap alkoholisasi, penghilangan alkohol dengan seri bertingkat dilakukan
dengan waktu yang tepat yaitu masing-masing 5 menit, dan pada saat
penghilangan gliserin apabila material tebal maka pengulangan harus dilakukan
beberapa kali.
DAFTAR PUSTAKA
Haryanti, S., 2010, Jumlah
Dan Distribusi Stomata Pada Daun Beberapa Spesies Tanaman Dikotil Dan
Monokotil, Jurnal Buletin
Anatomi dan Fisiologi, XVIII (2)
Haryanti, S., dan Meirina,
T., 2009, Optimalisasi
Pembukaan Porus Stomata Daun Kedelai (Glycine max (L) merril) Pada Pagi Hari
dan Sore, Jurnal Bioma, XI
(1).
Lestari, E.G, 2006,
Hubungan antara Kerapatan Stomata dengan Ketahanan Kekeringan pada Somaklon
Padi Gajahmungkur, Towuti, dan IR 64, Jurnal Biodiversitas, VII
(1)
Rahayu, S. E., dan
Handayani, S., 2008, Keanekaragaman Morfologi Dan Anatomi Pandanus (Pandanaceae ) Di
Jawa Barat, Jurnal Vis Vitalis, I
(2) :
31
Rompas, Y., Rampe, H. L., dan Rumondor, M. J., 2011, Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun Beberapa Tumbuhan Suku Orchidaceae, Jurnal Bioslogos, I (1)
Hamid,Huzaifah. 2010. PREPARAT WHOLE MOUNT Kutu Daun Bunga (Triboliun confusum) http://zaifbio.wordpress.com/category/mikroteknik/. Diakses, 23 maret 2016
Comments
Post a Comment